Tanggal 16-22 November kemarin adalah hari yang ditunggu-tunggu buat para peserta PK22. Apakah itu PK? Program Kesehatan? Program Kesejahteraan? Bukaaan! jadi PK itu adalah Persiapan Keberangkatan. Nah, dulu program ini bernama Program Kepemimpinan, namun seiring dengan berkembangnua waktu singkatan itu berubah tetapi masih dengan esensi program yang sama. PK, Persiapan Keberangkatan yaitu program yang diselenggarakan oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) Republik Indonesia adalah program lanjutan seleksi beasiswa S2 danS3 LPDP setelah berlangsungnya seleksi administrasi, tes wawancara, dan Leaderless discussion group. Tujuan dari program PK ini adalah untuk membekali para penerima beasiswa LPDP S2 dan S3 sebelum mereka berangkat ke universitas tujuan masing-masing. Program ini berisi sesi-sesi yang menyampaikan materi mengenai Peraturan, mekanisme dan tata tertib beasiswa, sifat-sifat kepemimpinan, rasa cinta tanah air, jiwa dan kontribusi sosial, serta pemantapan mental dan fisik peserta.Banyak hal yang saya pelajari dari acara ini, mulai dari bagaimana mengemukakan pendapat kritis, mananamkan rasa toleransi, hormat kepada sesama, dan bagaimana kedepan sebagai profesional bisa berkontribusi dalam pembangunan Indonesia.
Nah, untuk kasus saya khususnya yang sudah menjalani pendidikan akademis di ITB jurusan Rancang Kota sejak 25 Agustus 2014, saya mengikuti PK 22 karena saya sudah dinyatakan diterima sebagai awardee LPDP sejak lulus seleksi administrasi hingga LGD bulan Juli 2014. Sehingga saya harus mengambil cuti kuliah selama 5 hari untuk menjalankan program PK. Pengalaman yang saya rasakan khususnya pada saat itu dimana saya sedang mengandung 2 bulan (Notabene setelah saya dinyatakan lulus seleksi LPDP pada bulan Juni dan sudah diterima sebagai calon mahasiswa baru baru ITB untuk program Pascasarjana Rancang Kota ITB saya juga tengah merencanakan untuk menjalankan proses pernikahan dengan suami saya (yang pada waktu itu juga telah diterima sebagai calon mahasiswa Pascasarjana jurusan Aristektur - Desain di ITB) karena kami berencana untuk hidup bersama di Bandung.
Pada awalnya saya kawatir apakah kondisi kehamilan saya akan mempengaruhi penilaian kegiatan selama program PK berlansung, namun tanpa diduga ternyata panitia dan penyelenggara serta teman2 peserta sangat supportif dengan kondisi saya sehingga alhamdulillah saya bisa menjalankan PK hingga hari terakhir (walau dengan ijin dan dukungan panitia dan penyelenggara saya diperkenankan untuk tidak mengikuti kegiatan Outbound karena dianggap dapat membahayakan dan supaya dapat menghindari resiko terjadinya sesuatu yang sangat tidak diinginkan). Menurut saya hal ini adalah sesuatu yang sangat baik, karena secara tidak langsung sebagai wanita dengan kodratnya saya tetap didukung oleh pemerintah untuk menjalankan proses pendidikan dan proses PK walau saya sedang dalam kondisi hamil. (Sebagai catatan, kondisi awal kehamilan adalah kondisi yang paling kritis untuk janin karena pada periode ini adalah stage dimana calon janin sangat rentan dengan keguguran akibat janin masih dalam proses pembentukan awal dan tubuh ibu yang mengandung cenderung membutuhkan istirahat yang cukup dan mengurangi kegiatan yang membahayakan agar kondisi tubuh ibu dapat menjadi media yang kondusif untuk perkembangan calon Janin,menurut dokter kandungan saya.
Saya sangat merasa dihargai dan sangat berterima kasih kepada LPDP karena telah memberikan saya sebuah kesempatan yang sangat berharga mempertemukan saya dengan orang-orang hebat dari seluruh Indonesia dimana saya belajar banyak hal dari mereka dan kesempatan untuk membentuk jaringan antara calon pemimpin hebat Indonesia di masa yang akan datang. Hal ini patut dipertahankan oleh LPDP karena saya yakin banyak wanita dengan keluarga muda diluar sana yang sangat ingin menjalankan pendidikan setinggi-tingginya tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri dan wanita seutuhnya. Selain itu pengalaman yang sangat berkesan untuk saya adalah ketika salah satu tugas dalam program tersebut yang diberikan adalah salah satu hal paling tidak saya kuasai. Tugas itu adalah live-twit. Tujuan dari live-twit adalah sebagai reportasi mengenai kegiatan yang sedang kami jalani agar kami dapat berbagi pengalaman dan informasi pada teman-teman terdekat dan masyarakat. Sejujurnya saya adalah salah satu orang yang tergolong tidak mahir 'ber-sosial media' karena memang saya cenderung lebih praktis dan menyukai interaksi tatap muka langsung lebih dibandingkan menggunakan media dunia maya. Nah! kebetulan saat itu ketentuannya adalah anggota kelompok dengan follower terbanyak diharapkan dapat melakukan livetwit setiap hari sebanyak 22 twit per sesi. Hal yang saya anggap pencapaian yang sangat sulit karena dalam keseharian saya pun twitter hanya saya gunakan untuk membaca berita dan komunikasi ala kadarnya dengan teman2 saya. Maka dari itu pada awal acara live twit bagi saya adalah hal yang sangat sulit saya lakukan dengan cepat. Namun seriring dengan proses berjalannya PK, entah dari mana kekuatannya pada akhirnya (dengan bantuan teman-teman juga) saya dapat melakukannya. Untuk saya itu adalah kemajuan yang sangat baik, karena dengan niat pada akhirnya saya dapat melewati batas-batas ketidakmampuan saya.
Banyak sekali hal yang saya dapat mulai dari pengalaman, pelajaran, dan jejaring yang saya dapat dalam acara ini terutama dari para narasumber yang menurut saya sangat inspiratif dengan latar belakang yang beragam sehingga memberikan saya perspektif yang berbeda tentang bagaimana melihat kehidupan setelah menjalani PK. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada LPDP serta penyelenggara yang terlibat (yang mungkin tidak dapat saya ucapkan satu per satu) termasuk segenap jajaran yang telah memungkinkan terlaksananya program ini dengan baik.
Special thanks untuk Ramda, Albert dan Maduma para ketua-ketua kelompok 8 yang super hebat kelompok saya (Ali Sastroamijojo) yang sudah menyalurkan aspirasi2 kelompok kami dengan baik saat Pra-PK dan PK dan Agus khususnya sebagai ketua angkatan Pra-PK yang menurut saya sangat hebat karena berhasil menyatukan kita semua sejak Pra PK (Yang notabene pada waktu itu berbekalkan teknologi Milis,Whatsapp dan Line ia dapat menyatukan 125 orang dari penjuru Indoesia tanpa sebelumnya bertemu bertatap muka langsung dan secara menakjubkan dapat membuat kami kompak dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan.
Selain itu saya juga ingin mengucapkan terima kasih untuk Anggota kelompok saya; Ramda, thanks buat selalu gigih ngingetin saya untuk membuat tugas pra-PK dan untuk karya-karya videonya yang super keren!! Agus ,terima kasih sudah membuat kita semua ceria dikala senang dan susah walau suara hampir habis dan hingga harus menggunakan toa untuk Sharing and Inspiration Class di SMA PGRI Depok. Terima Kasih untuk Maduma atas ketegasannya yang membuat kelompok kita selalu tepat waktu dan berjaya di PK22 (dan kesabarannya saat kita suruh maju berkali-kali di ice breaking. Mba Tika, Mba Indah, dan Albert yang sudah sangat membantu saya dalam live-twit. Mas Amos untuk dedikasinya di Outbound untuk kelompok kita sehingga kelompok kami memenangkan Sesi Paintball. Mas Yutmen dan Mas Darus atas kekompakan kita saat Sharing and Inspiration Class yang berhasil membuat adik-adik di SMA PGRI Depok termotivasi dan terinspirasi.Mba Yuni dan Mba Maryam untuk pengalaman-pengalamannya yang bermanfaat dan berharga tentang berkeluarga dan kehahamilan yang sudah di share, Mas Antoni dan Mba Yuki untuk inspirasinya yang membuat saya jadi punya ide buat ngembangin Tesis saya, Fandi yang selalu bikin saya termotifasi cepat-cepat menyelesaikan tugas pra-PK karena kesigapannya dalam mengerjakan tugas sampe dengar-dengar ngga tidur beberapa hari demi menyelesaikan tugas), Mas Oni karena telah mengijinkan saya untuk membantu koreografi dan blocking drama dan sesi-sesi komen, diskusi serta curhat di sela-sela seminar yang mencegah saya untuk ngantuk dan ketiduran, dan terakhir Mba Veni yang selalu menyemangati dengan kata2 positifnya dan menanyakan kabar saya setiap hari. Selain itu juga saya mau mengucapkan terima kasih buat teman sekamar seperjuangan saya yang membuat saya merasa ada dirumah. Bu Dokter Intan yang sudah mengontrol kesehatan saya setiap hari, Sarahi dan Zuhra yang sudah jadi teman curhat serta berbagi info suka dan duka saat program berlangsung, will definately miss you guys a lot!
Saya kira saat datang ke PK22 saya bakal ketemu orang-orang hebat, ternyata saya bertemu dengan orang-orang yang hebat "BANGET" banyak belajar dari mereka dan pengalaman mereka semua, kebaikan mereka, semangat mereka. Can't be more proud bisa mengikuti PK 22. Dan last but not least, saya juga mau berterima kasih buat Mas Rofi sang evaluator yang sudah sangat membantu dan menjaga kami sekelompok, terutama saya (yang selalu dijaga selama masa PK) it means a lot for me. Semoga bonding kita tetep kuat walau kalian semua nanti akan pergi ribuan kilometer dari Indonesia dan semoga harapan untuk Indonesia lebih baik terwujud dengan adanya kami semua di masa depan untuk Indonesia. Amin.